Minggu, 16 Januari 2011

C&C



Seseorang berlarian ke sana kemari dengan keadaan panik membuka satu persatu laci dalam kamarnya.
“ Aduh, aduh.. gimana ini nggak ada di mana-mana?” Teriaknya panik.
Sekali lagi ia memeriksa tiap sudut kamarnya tapi ia tidak juga menemukan barang yang dia cari. Sampai hampir dua jam ia tidak juga menemukannya. Dia pun menyerah. Dihempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur berusaha meregangkan otot-ototnya yang kaku. Hatinya masih tidak tenang karena belum menemukan yang ia cari. Barang berharga yang tak ternilai harganya.. itu menurutnya.

                  *          *          *
“ Sora!” Panggil seseorang dari belakang.
Cewek berkulit putih itu menoleh saat namanya dipanggil.” Ya?” Tanyanya pada cewek yang beru saja memanggilnya.
“ Dari mana lo?”
“ Habis beli senter.” Jawab Sora sambil mengayunkan kantong plastik yang di pegangnya.
“ Buat apaan? Lampu rumah lo mati?”
Sora menggelang.” Gue lagi nyari sesuatu yang hilang.”
“ Hah? Apaan duit?”
“ Bukan lebih mahal dan berharga dari duit.” Sora melenggang masuk kedalam rumahnya diikuti Ai tetangganya.
Sora berjalan menuju kamarnya yang sederhana masih dengan Ai dibelakangnya. Sesampainya di sana Sora mulai membungkuk di samping temapat tidurnya sambil menyalakan senter. Ai cuma bisa memerhatikan temannya dari depan pintu.
“ Ra, mau gue bantuin nggak?” Tanya Ai masih dari tempatnya berdiri.
“ Boleh.. sini cariin benda bentuknya cincin warna putih ada matanya warna biru. Kalo lo nemu kasih gue.” Ucap Sora tanpa memandang ke arah Ai.
Ai berjalan mendekati Sora lalu ke bagian sudut kamar meraba-raba kali saja ada sesuatu yang ia temukan. Sudah hampir satu jam lebih mereka berkutat dengan aksi pencarian cincin tapi hasilnya nihil.
Ai tergeletak lemas di lantai.” Ya ampun, Ra. Gue udah nggak sanggup lagi deh, gue nyerah.” Ucanya putus asa.
Sora menatap Ai kesal.” Kalo lo nggak mau bantu gue ya udah sana. Gue bisa kok cari sendiri.”
“ Emang seberapa pentingnya sih itu cincin sampe lo segini kukuhnya?”
“ Lo nggak tau sejarah itu cincin berharga banget buat gue… gue harus ngomong apa sama yang ngasih nanti kalo itu cincin sampe ilang.” Sora masih sibuk mencari.
“ Emang siapa yang ngasih cincin itu sih?”
“ Hm… itu.. itu yang gue tunggu.”
Langsung terbersit niat jahil di otak Ai.” Seseorang yang lo tunggu itu bentuknya cowok apa cewek?”
Dahi Sora berkerut.” Maksud lo apaan nih? Jangan mikir yang nggak-nggak deh.”
“ Hahaha… gue kan cuma mau tau. Kalo emang itu orang berarti banget buat lo pasti lo bakal jaga banget barang yang dia titipin ke lo, ya kan?”
Sora tersenyum kecut. Mungkin apa yang dikatakan Ai ada benarnya. Kalau memang tidak ada apa-apa dengan si pemberi barang untuk apa Sora susah-susah mencari barang itu sampai segininya. Sora menghela nafas.
“ Ya, mungkin lo bener. Tapi gue juga nggak tau apa dia bakal balik lagi buat ngambil barang titipannya.” Ucap Sora sedih.
“ Kalo emang itu barang juga berarti buat itu orang pasti dia bakal balik untuk mengambilnya.” Ai tersenyum lebar pada Sora. Sora hanya membalas dengan cengiran.

*               *          *

Sora baru saja sampai di kamarnya, ia terkejut saat menemukan sebuah amplop merah dibantalnya. Ia mengira-ira siapa pengirimnya. Di bukanya amplop berisi surat itu perlahan lalu di bacanya. Ternyata isinya meminta Sora untuk menemui seseorang di taman kota.
“ Siapa sih ini orang?” Tanya Sora sendiri.
Tidak tertera nama dalam surat itu cuma inisial “CC” di bagian kiri bawah surat. Sora menimbang-nimbang apa ia benar-benar mau mengikuti isi surat ini atau jangan-jangan... Sora mulai berpikiran negatif.
Satu jam lagi ia ada janji dengan Ai untuk menemaninya ke toko buku. Mungkin ada bagusnya kalau dia cerita pada Ai tentang masalah ini. Akhirnya Sora beranjak menemui Ai di rumahnya.
Sesampainya di rumah Ai Sora langsung memaksa Ai keluar.” Ayo, Ai!”
“ Aduh sabar kenapa sih?!” Sahut Ai sambil terseret-seret.
“ Ada yang mau gue bicarain sama lo.” Ucap Sora saat mereka sudah berada di luar rumah Ai.
“ Mau ngomong apaan?” Ai agak curiga dengan nada suara Sora.
“ Lo jangan berpikiran macam-macam sama gue deh.” Ucap Sora seakan mengerti arti tatapan Ai.” Gue dapet surat nih tapi nggak ada namanya.”
Ai mengambil surat itu dari tangan Sora.” Masa?! Kapan lo nemu ini surat?”
“ Tadi pas gue balik dari sekolah di kamar gue.”
“ Mungkin dari kakak lo atau nyokap lo gitu?”
“ Udah gue tanya katanya itu dari orang nyokap gue yang terima tapi itu orang nggak nyebutin namanya. Gue jadi penasaran mana dia minta gue nemuin dia besok di taman kota. Dia mau ngapain, ya?”
Ai berpikir sejenak.” Lo mau nemuin dia?”
Sora menggeleng.” Nggak tau. Makanya gue minta saran lo.”
“ Yakin lo mau minta saran gue?” Ai balik bertanya.
“ Iya lah.”
“ Kalo gue bilang temuin aja siapa tau penting. Lagi pula kalo emang dia mau jahat sama lo ngapain dia minta ketemuan di tempat rame kayak gitu.”
Sora berpikir keras. Benar juga kata-kata Ai mungkin dia cari tahu saja dulu siapa orang ini. Sora mengangguk setuju lalu melipat kembali surat itu dan memasukkannya kedalam tas kecilnya. Setelah itu mereka keluar dan berjalan menuju toko buku terdekat.
“ Eh, ini buku baru kan?” Tanya Ai saat mereka sampai di toko buku.
“ Iya. Hm... gue beli ah!” Ucap Sora seraya mengambil buku itu dari tangan Ai.
“ Ya ampun!” Pekik Ai mengagetkan Sora yang berdiri di sampingnya.
“ Apaan sih lo kaget gue tau!”
Ai menunjuk ke arah pintu keluar.” Itu... itu..” Ucap Ai terbata-bata.
“ Apaan sih? Mana?”
“ Ya... lo sih kelamaan. Itu ada cowok cakep ngeliatin kita tau.” Ucap Ai sedit menyesal.
“ Gue kira apaan.” Ucap Sora heran.” Emang kayak apaan sih orangnya? Lagian mungkin aja dia ngeliat ke arah lain bukan ke kita.”
“ Gue yakin seratus persen.” Ai tidak mau kalah. Sora cuma diam tidak lagi menanggapi celotehan Ai.

*               *          *

Bel pulang telah berbunyi Sora sudah bersiap-siap menuju ruang OSIS. Dengan membawa bergulung-gulung karton warna-warni Sora masuk kedalam ruangan itu.
“ Eh, Ora. Dateng juga lo?” Sapa Aga teman satu ekskulnya.
“ Nama gue Sora tau!” Ralat Sora cepat sambil membanting karton-karton itu di meja.” Eh,gue nggak bisa lama-lama ya…”
“ Mau kemana lo?” Tanya Aga lagi.
“ Ada urusan. Lo nggak usah banyak tanya deh.” Sora langsung menggunting beberapa kertas dan menempelnya di karton warna-warni.
“ Ra, lo masih aja kayak gitu sama gue?” Aga mendekati Sora.
“ Apaan sih? Jangan ganggu gue. Gue lagi serius gue nggak bisa lama-lama.” Ucapnya tanpa menghentikan kegiatannya.
“ Ya ampun. Bentar doang.” Aga menahan tangan Sora.
Sora menepis tangan Aga agar melepaskan genggamannya.” Eh! Jangan pegang-pegang lo udah nggak ada hak ya?”
“ Iya gue tau. Tapi kan gue bukan virus yang nggak boleh deket lo sama sekali.”
Sora tidak menjawab lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Orang-orang disekitar mereka cuma memerhatikan dan sesekali berbisik-bisik memberi tanggapan tentang kedua mantan pasangan itu.
Waktu hampir menunjukkan pukul setengah lima sore. Sora tersentak saat melihat jam tangannya. Cepat-cepat ia memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
“ Kawan! Gue balik duluan ya? Semua udah beres tinggal ditempel di mading aja kok.” Ucap Sora seraya keluar dari ruangan.
“ Sora!” Seseorang memanggilnya terpaksa ia menoleh kebelakang.” Lo mau ke mana?”
“ Apa urusan lo?”
“ Gue cuma mau tau. Lagi pula ini udah sore.” Ucapnya perhatian.
“ Nggak usah sok perduli sama gue. Udah, ah! Gue lagi buru-buru lo ganggu aja deh!” Sora tak memperdulikan Aga lagi dan langsung ngeloyor pergi meninggal Aga yang terlihat sedikit kesal.
Sora berputar-putar di taman kota hampir setengah jam tapi tak satu pun orang yang dia kenal. Di surat yang ia terima waktu itu tertulis ia harus datang tepat jam lima sore di taman kota. Bodohnya si penulis surat ia tidak memberitahu tepatnya di bagian mana ia harus menunggu. Sora makin kesal saat kakinya mulai pegal dan tak kunjung menemukan siapa pun.
“ Itu orang mau ngerjain gue ya?!” Ucap Sora kesal setengah mati.
Sora menghempaskan tubuhnya di atas kursi di pinggir taman. Keadaan taman mulai sepi Sora jadi takut karena suasana mulai tidak enak.
“ Apa iya dia ngejebak gue?” Sora menelan ludah.” Apa gue kabur aja ya?”
Sora memandang berkeliling benar-benar sepi sekarang. Kali ini Sora tidak mau ambil resiko daripada dia pulang sudah tidak utuh lagi lebih baik dia pulang secepatnya. Sora setengah berlari keluar dari taman kota sambil sesekali menoleh kebelakang takut ada yang mengikuti pikirnya. Tapi saat ia kembali menatap ke depan tiba-tiba ada seseorang berdiri dihadapannya. Sora teriak.
“ Aaaaaaa....”
“ Huuuusssttt...” Orang itu membekap mulut Sora rapat-rapat.” Jangan teriak-teriak anak jelek!”
“ Hmm... ah! Gue nggak bisa napas dodol!” Maki Sora saat orang itu sudah melepaskan tangannya dari mulut Sora.
“ Sorry..” Ucapnya. Orang itu menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Sora.” Makin jelek aja lo.” Lanjutnya.
“ Kurang ajar! Eh lo kapan pulang? Gue kang…” Sora mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya.
“ Baru  kemarin. Lo kangen sama gue?”
“ Ih?! Siapa bilang?” Sora berusaha mengelak.
“ Barusan lo yang bilang. Gue kangen sama lo, ya kan?”
Sora cemberut kesal.” Baru ketemu aja lo udah ngeselin.”
“ Tapi lo kangen kan sama gue?”
“ Nggak tau, ah!” Sora beranjak pergi.
Ternyata pengirim surat itu Crisvin teman lama Sora di Yogya waktu Sora masih kecil. Cowok yang pernah ada dalam hidup Sora dan tidak akan pernah bisa terlupakan olehnya. Mereka sampai di depan rumah Sora saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
“ Nggak mau masuk dulu?”
“ Nggak usah ntar yang ada gue di usir sama bonyok lo. Hahaha....”
“ Ya udah makasih ya.” Ucap Sora seraya masuk kedalam rumah.
“ Eh, Sora!” Panggil Crisvin tiba-tiba.” Lo masih inget janji lo kan?”
Sora terdiam sesaat.” Janji?”
Crisvin mengangguk. Sora balas mengangguk lalu masuk dan menutup pintu rumahnya.

*               *          *

Pagi harinya Sora sudah mengobrak-abrik kamarnya sampai seperti kapal pecah. Lagi-lagi ia memfokuskan pikirannya untuk mencari barang berbentuk lingkaran bermata indah. Kali ini dia tidak boleh putus asa dan harus menemukannya hari ini juga. Sora mengangkat buku-buku yang tergeletak di atas sofa di kamar tidurnya. Tiba-tiba terdengar suara dentingan seperti ada barang jatuh.
Sora cepat-cepat menunduk dan memeriksa. Sontak ekspresi wajahnya berubah cerah saat ia menemukan apa yang selama ini dia cari. Sebuah cincin plastik bermata warna biru muda berada di telapak tangannya sekarang.
“ Oh, God! Thanks.” Ucapnya senang.” Gue nggak akan ngebiarin lo ilang lagi dari gue.”
Tak lama hp-nya berdering ada sms masuk dari Crisvin. Sora tak perlu membacanya dulu karena ia tau itu pasti itu tanda agar ia keluar rumah sekarang. Sora melangkahkan kakinya keluar rumah sambil sesekali menengok kiri dan kanan. Sora melihat seseorang berdiri di ujung jalan menunggunya.
“ Hai!” Sapa Sora penuh senyum
“ Hai. Lama banget ngapain sih?” Tanyanya penasaran.
“ Ada deh.” Ucap Sora sambil menepuk jok motor di depannya.” Lo udah berani naik motor lagi?”
Crisvin menggeleng.” Jujur sih belum. Tapi mau sampai kapan gue takut terus kalo memang harus terjadi lagi dan kali ini gue nggak selamat...”
“ Apaan sih! Lo nggak boleh ngomong kayak gitu. Lagi siapa yang mau ngulang hal bodoh.” Potong Sora.
Crisvin mengangguk lalu dengan hitungan detik mereka meluncur dengan sepeda motor miliknya. Tak lama mereka sampai ditujuan. Pinggir pantai yang romantis banget. Sora memainkan pasir-pasir basah dengan kakinya sementara Crisvin duduk diam di pasir yang lebih kering.
“ Semangat dong, Vin. Lemes banget lo!” Teriak Sora lalu berjalan menghampiri teman kecilnya.” Lo kenapa?”
Crisvin menggelang. Lalu melirik ke arah Sora tepat di jari manis kirinya. Tiba-tiba ia tersenyum.” Lo masih simpen?”
“ Ah?” Sora mengikuti arah pandang Crisvin.” Iya. Ini kan berarti buat gue. Atau...” Sora takut untuk melanjutkan.
“ Nggak. Itu juga sesuatu yang berharga buat gue. Lo setia juga ya?”
Ada sedikit semburat merah di wajah Sora.” Masa sih? Gue cuma mau pegang janji gue.”
“ Thanks.” Crisvin mencium pipi kanan Sora tiba-tiba. Sora tersentak tapi tak bisa bicara apa-apa.

*               *          *

Sudah hampir satu bulan sajak pertemuannya dengan Crisvin di pantai itu. Sora tak lagi bertemu dengannya. Ada rasa rindu di hati Sora kepada teman kecilnya. Sora tersadar saat Ai menepuk keras pundaknya.
“ Ooaalaahh… dia bengong lagi?!” Ucap Ai.” Lo sadar nggak sih tampang lo kalo lagi bengong jelek banget. Apa sih yang lo pikirin?”
“ Crisvin.” Jawab Sora masih setengah sadar.
Sora pernah memperkenalkan Ai pada Crisvin walau hanya lewat telepon. Ai juga pernah sekali melihat foto Crisvin di hp-nya dan dengan jujur Ai mengatakan..
“ Sumpah ganteng banget!” Dan mengatakan orang yang di lihatnya di toko buku waktu itu adalah Crisvin.
Ai menatap Sora khawatir.” Dia nggak pernah telepon lagi?”
“ Nggak. Gue bingung karena tiap gue telepon pun nggak ada yang angkat. Dia ke mana ya?”
Ai menggelang.” Lo sms aja.”
Beberapa saat setelah Ai bicara hp-nya berdering. Sora melihat nomor yang tertera di layar, tidak ada nama. Sora enggan mengengkat nomor tak dikenal. Setelah itu hp berhenti berdering dan berselang satu menit hp itu berdering lagi.
“ Siapa sih?” Tanya Sora lalu mengangkat telepon itu.” Halo?”
“ Sora?” Tanya seorang cowok dengan suara bassnya.
“ Ya. Ini siapa sih?” Sora bicara dengan nada jutek.
“ Gue temennya Cris. Dia mau ketemu sama lo dia di rumah sakit sekarang.”
Sora berhenti bernafas sejenak. Dadanya terasa sesak, pikirannya mulai melantur tak jelas. Dia terkejut.
“ Lo…lo serius?”
“ Terserah lo mau percaya atau nggak sama gue. Tapi jangan nyesel kalo nanti lo nggak bisa ketermu sama dia lagi selamanya.”
Telepon itupun terputus. Sora langsung panik dan gelisah. Ai memeperhatikan ekspresi temannya.” Kenapa lo?”
“ Ai, tadi ada yang bilang Crisvin masuk rumah sakit dan sekarat. Gue.. gue takut nggak bisa ketemu dia lagi nanti.” Ucap Sora dengan berlinang air mata.
“ Ya udah ayo!” Ai menarik tangan Sora memaksanya berdiri.
Mereka sampai di alamat rumah sakit yang diberitahukan teman Crisvin lewat sms. Sora setengah berlari menelusuri koridor rumah sakit menuju kamar yang dimaksud. Sayangnya sesampainya di sana Sora tak menemukan apapun. Ruangan itu kosong dan Sora makin panik.
“ Maaf sus, pasien di ruangan ini ke mana ya?” Tanya Ai pada suster yang lewat.
“ Oh, baru saja meninggal dan sekarang ada di ruang mayat.”
Pecah sudah tangis Sora mendengar kata-kata suster itu.” Nggak! Ai.. nggak mungkin dia meninggal. Gue nggak mau..”
Sora berlari secepatnya dan menuju ruang mayat tempat Crisvin mungkin berada. Matanya tertumpu pada sesosok mayat yang tertutupi kain putih di depannya. Air mata Sora makin deras mengalir.
“ Vin.. bangun. Gue nggak mau lo ninggalin gue.” Ucap Sora terisak.
“ Ra.” Panggil Ai tapi Sora tetap diam dan terus memeluk jasad Crisvin di depannya.” Sora... itu..” Ai mencoba menyadarkan Sora.
“ Udah jangan nangis.. gue nggak akan ninggalin lo kok.” Ucap seseorang dari belakang Sora. Sora sontak menengok saat mengenali suara itu.
“ Cris!” Teriak Sora lalu menghambur kepelukan cowok yang ternyata masih hidup dan sehat  walafiat.
“ Lo kenapa?” Tanya Crisvin sambil bersusah payah menahan tawanya yang mau meledak.
Sora memukuli tubuh Crisvin saking kesal dan malunya.” Apa sih maksud lo ngerjain gue!”
“ Gue nggak maksud ngerjain lo kok. Emang gue bakal pergi tapi bukannya mati, Sora.”
“ Pergi? Ke mana?” Sora melepas pelukannya.
“ Keluar negeri sama nyokap gue buat berobat.”
“ Siapa yang sakit?”
“ Gue.” Crisvin menatap lembut ke arah Sora.” Lo tau, akibat kecelakaan itu ada yang nggak beres sama otak gue. Makanya gue mau berobat kesana. Niatnya seminggu yang lalu tapi bokap gue sakit dan sekarang meninggal.”
“ Jadi ini bokap lo? Dan.. lo bakal tetep pergi?” Air mata Sora kembali jatuh.
Crisvin mengangguk.

*               *          *

Sinar mentari menyentuh kulit Sora dan Crisvin yang duduk berdampingan di pinggir pantai.
“ Sora. Mana cincin yang gue kasih?”
Sora mengulurkan tangan kirinya lalu disambut oleh Crisvin. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Sebuah kotak kecil dan mengambil sebuah cincin emas putih bermata biru muda. Dengan satu gerakkan pasti ia melepas cincin lama di jari Sora dan menyematkan yang baru pada jari manis Sora.
“ sekarang jaga hati gue yang baru.” Ucap Crisvin lalu mengecup punggung tangan Sora. Sora tersenyum manis dan ia berjanji dalam hati takkan pernah melepaskannya lagi baik Cincin maupun Crisvin. “ CC