Rasanya baru kemarin aku bermain-main dengan mereka. Si lucu yang menggemaskan. Mereka itu adalah hewan-hewan kesayanganku. Beberapa ekor kelinci lokal biasa. Walau hanya kelinci lokal biasa yang aku beli di sebuah pasar penjual hewan dan bukan di sebuah pet shop besar, tapi meraka cukup membuatku sulit melupakannya.
Pertama kalinya aku membeli sepasang kelinci kecil. Dengan warna dasar bulu putih dan corak abu-abu tua dipunggung dan dekat mulutnya mirip seperti kumis. Mereka kelinci inggris menurut penuturan sang penjual. Namun lama kelamaan sepertinya aku mulai sadar bahwa aku ditipu. :D
Aku tidak mempermasalahkan hal itu lagi sejak aku merasa jatuh cinta pada hewan berbulu itu. Dan akhirnya keduanya ku beri nama Henna Shiro dan Hogo Usagi. Alasan aku memilih nama itu karena aku suka nama Jepang. aku suka kartun. Henna Shiro artinya si putih yang lucu sedang Hogo Usagi artinya kelinci pelindung.
Karena waktu itu aku masih pemula, jadi aku sulit membedakan mana kelinci jantan dan betina. Kalian bisa tebak apa yang terjadi? Aku salah memberikan nama. Nama mereka tertukar. Henna adalah jantan dan Hogo adalah betina. :p
Sayangnya tak lama aku memiliki mereka. Setelah tiga minggu salah satu dari mereka sakit, yaitu Hogo. Lagi-lagi karena aku masih awam. Aku tidak tahu bagaimana cara merawat kelinci yang sakit. hingga akhirnya dia mati begitu saja.
Tak berselang lama aku berniat untuk membeli pasangan baru untuk Henna. Kelinci betina yang sepantar dengannya. Waktu itu usia Henna sudah empat bulan. Akhirnya aku bersama pacarku ^_^ membeli pasangan untuk Henna dan dapatlah Chisana Kuroi. Kelinci kecil berusia sekitar 2 bulan dengan warna dasar bulu hitam legam. Mengapa aku beri nama Chisana Kuroi?? Karena artinya Si hitam yang lincah dan aku berharap dia bisa tumbuh menjadi kelinci yang sehat dan lincah seperti namanya.
Saat aku memilihnya diantara beberapa kandidat kelinci yang ada, pacarku bilang.. apakah aku yakin memilih dia sebagai pasangan Henna. Ternyata menurut pacarku itu kelinci hitam itu tampak lebih diam dari yang lain. Terlihat seperti sakit. Tapi aku tidak memperhatikan karena aku sudah terlanjur suka padanya.
Finally, aku bawa dia pulang bersama Henna dalam 1 kandang. Lucunya karena Henna lebih besar dari Chisa (biasa aku memanggilnya) jadi Henna sudah memaksa Chisa untuk kawin, padahal Chisa belum cukup umur untuk di kawinkan. Pada pagi itu aku melepas mereka di halaman dan mereka main kejar-kejaran atau lebih tepatnya Henna mengejar Chisa. :D
Tak terasa bulan demi bulan berjalan. Henna dan Chisa makin dewasa. Satu hal yang aku ingat dari mereka, tidak bisa terlalu banyak diberi pakan sayuran. Heran kan? Kelinci yang orang-orang tahu selalu makan sayuran seperti wortel atau sawi. tapi mereka lebih memilih makanan pellet jadi daripada sayuran. Pernah kuberi mereka sayuran dalam jumlah banyak, hasilnya mereka terserang diare dan flu. Sungguh aku panik hingga aku berpikir akan kehilangan kelinci-kelinciku lagi seperti Hogo waktu itu.
Alhamdulillah nya, mereka sembuh setelah aku merawat mereka dengan sangat telaten. Kubersihkan kerak dihidungnya dengan air hangat setiap pagi. Lalu tidak lupa juga obat flu yang aku cecoki kemulutnya. Walau agak susah sampai harus dicakar-cakar oleh kuku-kuku tajamnya tapi aku suka.
Setelah itu terus berjalan seperti biasanya. Dan suatu pagi aku diberi kejutan oleh Chisa. Ketika aku kebelakang untuk memberinya makan aku menemukan sesuatu berserakan di lantai kandang. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan, tapi lama kelamaan aku sadar bahwa itu hewan-hewan kecil yang baru saja keluar dari dalam perut Chisa. Anak-anak kelinci hasil perkawinan Chisa dan Henna. Sayangnya lagi dan lagi, karena aku tidak berpengalaman dalam mengurus anak kelinci mereka mati satu persatu. Hal itu ditambah dengan Chisa yang tidak mau menyusui anak-anaknya. Hingga kelahiran ke tiga akhirnya anak-anak kelinci itu berhasil diselamatkan.
Waktu itu Henna dan Chisa terserang penyakit scabies, semacam sakit kulit gatal-gatal yang membuat bulu-bulu di kaki dan telinganya rontok. Dan untuk pertama kalinya aku membawanya kedokter hewan. Disana mereka di suntik masing-masing 1 kali. Dokternya itu bilang ini biasa dan memang harus disuntik minimal 1 kali setahun. Dan disitu pula aku tahu bahwa Chisa sedang hamil 3 minggu dan harus segera di pisahkan kandangannya dari Henna. Karena ternyata tidak baik menyatukan kelinci beda jenis terus menerus apalagi saat kelinci betina sedang hamil.
Akhirnya pada 28 Maret 2013 jam 9:30 malam lahirlah anak-anak Chisa yang ke 3. Jumlahnya ada 6 ekor anak kelinci.Ketika itu untuk pertama kalinya aku tahu cara memaksa Chisa untuk mau menyusui anak-anaknya. Sebenarnya aku tahu dari pacarku yang dengan setia pula membantuku merawat mereka.
Jadilah mereka anak kelinci yang sehat. Sayangnya kejadian buruk pun terjadi. suatu malam aku mendengar jeritan dibelakang rumah. waktu itu pukul 2 pagi. Aku dibangunkan ibuku dan menyuruhku mengecek keadaan kelinciku di belakang. Dan betapa kagetnya aku melihat salah satu anak kelinci itu terluka. kakinya berlubang dan berdarah banyak sekali. daging di kakinya sudah tidak ada. Tiba-tiba saja aku melihat seekor tikus lari menjauh dari kandang. Aku memaki si tikus walau sebenarnya tampak seperti orang bodoh.
Kuambil anak kelinci itu dengan tanganku. Dia nampak ketakutan dan kesakitan. Aku tidak tega dan langsung menelpon pacarku untuk minta saran dan bantuan. Jujur saja aku panik sampai seperti orang linglung tidak tau harus bagaimana.
Pacarku hanya bilang kalau keadaannya sudah seperti itu tidak akan bertahan. Dan benar saja keesokan paginya aku menemukan anak kelinci itu sudah kaku. Sempat kufoto untuk kenang-kenangan saja. Untuk kelinci lainnya pun tetap sehat hingga mereka besar dan aku berniat menjualnya. Alasannya karena aku tidak punya banyak tempat untuk menampung mereka semua.
dari ke lima kelinci itu aku memilih satu kelinci untuk tetap tinggal. Kelinci itu mempunyai warna dasar bulu putih hanya lingkaran matanya saja yang berwarna hitam, membuat matanya terlihat jadi lebih besar. Kuberi nama ia Shiro. Aku mengambil nama belakang Ayahnya, Henna Shiro. ^_^
Berselang beberapa minggu aku mengawinkan Chisa lagi dengan Henna. Dan lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan mengecek keadaan perut Chisa, memastikan ia hamil atau tidak dan memprediksi kapan kelinci itu akan melahirkan anak-anaknya.Dan pada 25 Mei lahir anak ke 4 Chisa. Sayangnya hanya tersisa 2 dari 6 yang lahir. Karena seleksi alam dan juga kecerobohan Chisa yang memakan anaknya sendiri. mereka pun aku jual seperti anak-anak Chisa yang lainnya.
Pada tanggal 6 Agustus 2013 jam 12 siang lahirlah anak ke 5 Chisa. jumlahnya 6 anak kelinci. Disini ada satu anak kelinci yang terkena seleksi alam. Ia tidak mau bersaing dengan saudara-saudaranya yang lain. Akhirnya dia mati kelaparan. Padahal aku sudah memaksanya minum susu dengan menyuapinya menggunakan pipet setiap hari. Tapi tetap tidak berhasil. Karena aku tidak tega melihatnya tersiksa kejang-kejang di dalam kotak. Aku memberikannya pada seekor kucing tetangga sebelah rumah. Maksudku biar saja dia sekalian mati dengan cepat daripada tersiksa terlalu lama dengan waktu sekaratnya itu.
Kesalahanku berikutnya adalah membiarkan kelinci-kelinci itu tanpa pengawasan. Hingga suatu sore aku mendapati anak kelinci itu berkurang 1. usut punya usut ternyata kucing yang waktu itu aku beri anak kelinci mengambil kelinciku dan memakannya. hingga 2 kali hal itu berlangsung dan sisa 3 lah kelinciku yang masih hidup hingga dewasa.
Aku beberapa kali melepas mereka bergantian di halaman rumah. walaupun sudah aku lepas di depan rumah tapi mereka lebih senang bermain dibelakang dekat kandang mereka. Aku suka kesal kalau mereka bermain di belakang dan masuk kedalam kolong kandang yang kotor dan penuh kotoran mereka sendiri. Aku jijik melihat bulu-bulu mereka kotor dan bau.
Waktu terus berjalan hingga aku mulai sibuk dengan diriku sendiri dengan kuliah dan pekerjaanku dikantor. Aku mulai jarang mengajak mereka bermain diluar. Hanya memberi makan dan kadang juga telat. Beberapa kali orangtuaku menyuruhku untuk menjual mereka semua. Tapi aku menolak karena aku sudah terlanjur sayang pada mereka.
Tapi memang seharusnya itu aku lakukan jauh jauh hari. Karena pada suatu malam aku bermimpi bahwa anak kelinciku yang berwarna putih itu sakit. Ia tergeletak di lantai dengan kondisi basah dan kejang-kejang. Aku hanya bisa menatapnya nanar hingga akhirnya ia mati terbujur kaku. Dan entah itu sebuah isyarat atau apa. Dua hari setelah aku memimpikan hal itu anak kelinciku yang berwarna putih benar-benar mati. ketika aku berada di kampus orangtuaku memberitahu aku tentang kematiannya. Aku menangis ketika aku mengingat mimpiku dua hari yang lalu tentang kejadian ini. Akhirnya anak kelinci itu dikuburkan depan rumahku oleh kakakku.
Dari situlah aku membulatkan tekat untuk benar-benar menjualnya. Aku tidak mau mereka tersiksa dengan kondisi seperti itu. Dengan keadaan aku yang tidak bisa benar-benar menjaga dan merawat mereka. Semuanya berkahir pada 22 Desember 2013. Aku membawa mereka ke tukang sate untuk di istirahatkan selamanya di dalam perut-perut pengunjung yang lapar.
Kedengarannya memang jahat, tapi lebih jahat lagi kalau aku bersikukuh mempertahankan mereka dan membiarkan mereka mati satu persatu dalam kelaparan dan kedinginan. Aku sayang mereka dan aku tidak akan melupakannya sampai kapanpun. My lovely pets.. Henna Shiro, Hogo Usagi, Chisana Kuroi, Shiro, Onara, Gingga, Kuroro, Kuroi ichi. Beberapa nama yang sempat ku berikan untuk mereka. Goodbye my lovely pets. I love u so much ^-^